Aku bukanlah
orang yang selalu terkabul do’anya ketika aku berubah dari aku ke aku yang
lain. Aku sangat senang jika melihat seorang atau kelompok anak-anak kecil yang
sedang bemain dan yang pasti aku bukan seorang pedhofill. Kulihat betapa
cerianya mereka merayakan masa kekanak-kanakannya, tawanya yang lepas tanpa
beban. Kutahu pasti bahwa inilah cermin dari hidupku tentang masa kecilku yang
begitu terlampau jauh hingga umurku sudah seperlima abad.
Dalam benakku
masih tersimpan memori saat aku duduk di bangku TK. Slot memori yang tertanam
masih saja menyisakan pengalaman yang dalam “Edensor”nya Andrea Hirata seperti
kereta yang meluncur dearas dan sekarang ini aku mencoba membalikkan alurnya.
Jika dulu ditanya oleh guru TK. “nak besok kalau sudah gedhe mau jadi apa?”
maka aku dengan semua keluguanku akan menjawab ingin menjadi guru. Namun dlm
perpisahan di TK itu sang guru malah menjadikanku sebagai ustadz yang
mendakwahkan tentang “birrul walidain”.
Aneh rasanya
jika kenangan masa TKku ini perbincangkan. Kenapa ya ? saat itu aku bisa
menghapalkan teks yang telah diucapkan oleh guruku. Seketika. Apakah cara kerja
otakk anak kecil itu seperti apa yang telah dijelaskan oleh Amiir Khan dalam
“Taree Zameen Parr”nya bahwa setiap anak punya inner of talenta
. Dan tentu aku belum tahu jawabannya
1 comments:
terlalu meminjam kali ya?? phew.....
Post a Comment